Selasa, 10 Juli 2012

ngentot tante mira

Namaku dedi, umur 24 tahun. Aku seorang gigolo di kota Bandung. Aku akan menceritakan pengalamanku melayani sekaligus 4 pelangganku dalam semalam. Aku menggeluti profesi ini sudah 4 tahun, dan sejak itu aku mempunyai pelanggan tetap namanya Tante Mira (bukan nama asli), dia seorang janda tidak mempunyai anak, tinggal di Bandung, orangnya cantik, putih, payudaranya besar walaupun sudah kendor sedikit, dia keturunan tionghoa. Dia seorang yang kaya, memiliki beberapa perusahaan di Bandung dan Jakarta, dan memeiliki saham di sebuah hotel berbintang di Bandung.

Sabtu pukul 7 pagi, HP-ku berbunyi dan terdengar suara seorang wanita, dan kulihat ternyata nomor HP Tante Mira.
"Hallo Sayang.. lagi ngapain nich.. udah bangun?" katanya.
"Oh Tante.. ada apa nich, tumben nelpon pagi-pagi?" kataku.
"Kamu nanti sore ada acara nggak?" katanya.
"Nggak ada Tante.. emang mo ke mana Tante?" tanyaku.
"Nggak, nanti sore anter Tante ke puncak yach sama relasi Tante, bisa khan?" katanya.
"Bisa tante.. aku siap kok?" jawabku.
"Oke deh Say.. nanti sore Tante jemput kamu di tempatmu", katanya.
"Oke.. Tante", balasku, dengan itu juga pembicaraan di HP terputus dan aku pun beranjak ke kamar mandi untuk mandi.

Sore jam 5, aku sudah siap-siap dan berpakaian rapi karena Tante Mira akan membawa teman relasinya. Selang beberapa menit sebuah mobil mercy new eye warnah hitam berkaca gelap berhenti di depan rumahku. Ternyata itu mobil Tante Mira, langsung aku keluar menghampiri mobil itu sesudah aku mengunci seluruh pintu rumah dan jendela.

Aku pun langsung masuk ke dalam mobil itu duduk di jok belakang, setelah masuk mobil pun bergerak maju menuju tujuan. Di dalam mobil, aku diperkenalkan kepada dua cewek relasinya oleh tante, gila mereka cantik-cantik walaupun umur mereka sudah 40 tahun, namanya Tante Lisa umurnya 41 tahun kulitnya putih, payudaranya besar, dia merupakan istri seorang pengusaha kaya di Jakarta dan Tante Meri 39 tahun, payudaranya juga besar, kulitnya putih, juga seorang istri pengusaha di Jakarta. Mereka adalah relasi bisnis Tante Mira dari Jakarta yang sedang melakukan bisnis di Bandung, dan diajak oleh Tante Mira refreshing ke villanya di kawasan Puncak. Keduanya keturunan Tionghoa.

Di dalam mobil, kami pun terlibat obralan ngalor-ngidul, dan mereka diberitahu bahwa aku ini seorang gigolo langganannya dan mereka juga mengatakan ingin mencoba kehebatanku.

Selang beberapa menit obrolan pun berhenti, dan kulihat Tante Lisa yang duduk di sebelahku, di sofa belakang, tangannya mulai nakal meraba-raba paha dan selangkanganku. Aku mengerti maksudnya, kugeser dudukku dan berdekatan dengan Tante Lisa, lalu tangan Tante Lisa, meremas batang kemaluanku dari balik celana. Dengan inisatifku sendiri, aku membuka reitsleting celana panjangku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri dan besar itu. Tante Lisa kaget dan matanya melotot ketika melihat batang kemaluanku besar dan sudah membengkak itu. Tante Lisa langsung bicara kepadaku, "Wow.. Ded, kontol kamu gede amat, punya suamiku aja kalah besar sama punya kamu.." katanya.
"Masa sich Tante", kataku sambil tanganku meremas-remas payudaranya dari luar bajunya.
"Iya.. boleh minta nggak, Tante pengen ngerasain kontol kamu ini sambil kontolku dikocok-kocok dan diremas-remas, lalu dibelai mesra?" katanya.
"Boleh aja.. kapan pun Tante mau, pasti Dedi kasih", kataku yang langsung disambut Tante Lisa dengan membungkukkan badannya lalu batang kemaluanku dijilat-jilat dan dimasukakkan ke dalam mulutnya, dengan rakusnya batang kemaluanku masuk semua ke dalam mulutnya sambil disedot-sedot dan dikocok-kocok.

Tante Meri yang duduk di jok depan sesekali menelan air liurnya dan tertawa kecil melihat batang kemaluanku yang sedang asyik dinikmati oleh Tante Lisa. Tnganku mulai membuka beberapa kancing baju Tante Lisa dan mengeluarkan kedua payudaranya yang besar itu dari balik BH-nya. lalu kuremas-remas.

"Tante.. susu tante besar sekali.. boleh Dedi minta?" tanyaku.
Tante Lisa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tanganku mulai meremas-remas payudaranya. Tangan kiriku mulai turun ke bawah selangkangannya, dan aku mengelus-ngelus paha yang putih mulus itu lalu naik ke atas selangkangannya, dari balik CD-nya jariku masuk ke dalam liang kewanitaannya. Saat jariku masuk, mata Tante Lisa merem melek dan medesah kenikmatan, "Akhhh.. akhhhh.. akhhh.. terus sayang.."

Beberapa jam kemudian, aku sudah tidak tahan mau keluar.
"Tante... Dedi mau keluar nich.." kataku.
"Keluarain di mulut Tante aja", katanya.
Selang beberapa menit, "Crooot.. crooot.. crottt.." air maniku keluar, muncrat di dalam mulut Tante Lisa, lalu Tante Lisa menyapu bersih seluruh air maniku.

Kemudian aku pun merobah posisi. Kini aku yang membungkukkan badanku, dan mulai menyingkap rok dan melepaskan CD warna hitam yang dipakainya. Setelah CD-nya terlepas, aku mulai mencium dan menjilat liang kewanitaannya yang sudah basah itu. Aku masih terus memainkan liang kewanitaannya sambil tanganku dimasukkan ke liang senggamanya dan tangan kiriku meremas-remas payudara yang kiri dan kanan.

Sepuluh menit kemudian, aku merubah posisi. Kini Tante Lisa kupangku dan kuarahkan batang kemaluanku masuk ke dalam liang senggamanya, "Blesss.. belssss." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaannya, dan Tante Lisa menggelinjang kenikmatan, ku naik-turunkan pinggul Tante Lisa, dan batang kemaluanku keluar masuk dengan leluasa di liang kewanitaannya.

Satu jam kemudian, kami berdua sudah tidak kuat menahan orgasme, kemudian kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaannya, lalu kusuruh Tante Lisa untuk mengocok dan melumat batang kemaluanku dan akhirnya, "Crooot.. crott.. croottt.." air maniku muncrat di dalam mulut Tante Lisa. Seketika itu juga kami berdua terkulai lemas. Kemudian aku pun tertidur di dalam mobil.

sesampainya di villa Tante Mira sekitar jam 8 malam. Lalu mobil masuk ke dalam pekarangan villa. Kami berempat keluar dari mobil. Tante Mira memanggil penjaga villa, lalu menyuruhnya untuk pulang dan disuruhnya besok sore kembali lagi.

kami berempat pun masuk ke dalam villa, karena lelah dalam perjalanan aku langsung menuju kamar tidur yang biasa kutempati saat aku diajak ke villa Tante Mira. Begitu aku masuk ke dalam kamar dan hendak tidur-tiduran, aku terkejut ketika ke 3 tante itu masuk ke dalam kamarku dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelain benang pun yang menempel di tubuhnya. Kemudian mereka naik ke atas tempat tidurku dan mendorongku untuk tiduran, lalu mereka berhasil melucuti pakaianku hingga bugil. Batang kemaluanku diserang oleh Tante Meri dan Tante Mira, sedangkan Tante Lisa kusuruh dia mengangkang di atas wajahku, lalu mulai menjilati dan menciumi liang kewanitaan Tante Lisa.

Dengan ganasnya mereka berdua secara bergantian menjilati, menyedot dan mengocok batang kemaluanku, hingga aku kewalahan dan merasakan nikmat yang luar biasa. Kemudian kulihat Tante Meri sedang mengatur posisi mengangkang di selangkanganku dan mengarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, "Blesss.. bleeesss.." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Meri, lalu Tante Meri menaik turunkan pinggulnya dan aku merasakan liang kewanitaan yang hangat dan sudah basah itu. Aku terus menjilat-jilat dan sesekali memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa, sedangakan Tante Mira meremas-remas payudara Tante Meri.

Beberapa jam kemudian, Tante Meri sudah orgasme dan Tante Meri terkulai lemas dan langsung menjatuhkan tubuhnya di sebelahku sambil mencium pipiku. Kini giliran Tante Mira yang naik di selangkanganku dan mulai memasukan batang kemaluanku yang masih tegak berdiri ke liang senggamanya, "Bleesss.. bleesss.." batang kemaluanku pun masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Mira. Sama seperti Tante Meri, pinggul Tante Mira dinaik-turunkan dan diputar-putar.

Setengah jam kemudian, Tante Mira sudah mencapai puncak orgasme juga dan dia terkulai lemas juga, langsung kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaan Tante Mira, lalu kusuruh Tante Lisa untuk berdiri sebentar, dan aku mengajaknya untuk duduk di atas meja rias yang ada di kamar itu, lalu kubuka lebar-lebar kedua pahanya dan kuarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, "Blesss.. .bleeess.." batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa. Kukocok-kocok maju mundur batang kemaluanku di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, dan terdengar desahan hebat, "Akhhh.. akhhh.. akhhh.. terus sayang.. enak.." Aku terus mengocok senjataku, selang beberapa menit aku mengubah posisi, kusuruh dia membungkuk dengan gaya doggy style lalu kumasukan batang kemaluanku dari arah belakang. "Akhhh.. akhhh.." terdengar lagi desahan Tante Lisa. Aku tidak peduli dengan desahan-desahannya, aku terus mengocok-ngocok batang kemaluanku di liang kewanitaannya sambil tanganku meremas-remas kedua buah dada yang besar putih yang bergoyang-goyang menggantung itu.

Aku merasakan liang kewanitaan Tante Lisa basah dan ternyata Tante Lisa sudah keluar. Aku merubah posisi, kini Tante Lisa kusuruh tiduran di lantai, di atas karpet dan kubuka lebar-lebar pahanya dan kuangkat kedua kakinya lalu kumasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya, "Blesss.. blessss.. blessss.." batang kemaluanku masuk dan mulai bekerja kembali mengocok-ngocok di dalam liang kewanitaannya. Selang beberapa menit, aku sudah tidak tahan lagi, lalu kutanya ke Tante Lisa, "Tante, aku mau keluar nich.. di dalam apa di luar?" tanyaku.
"Di dalam aja Sayang.." pintanya.
Kemudian, "Crottt.. crooottt.. croottt.." air maniku muncrat di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, kemudian aku jatuh terkulai lemas menindih tubuh Tante Lisa sedangkan kejantananku masih manancap dengan perkasanya di dalam liang kewanitaannya.

Kami berempat pun tidur di kamarku, keesokan harinya kami berempat melakukan hal yang sama di depan TV dekat perapian, di kamar mandi, maupun di dapur.

Bila ada tante-tante atau cewek-cewek yang kesepian atau butuh kehangatan dan kejantanan seorang pria atau ada yang mau mencoba kejantananku, bisa hubungi e-mail web ini.
»»  READMORE...

kursus komputer

Aku segera menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku dan segera kukenakan pakaianku dan akupun sudah bersiap sedia menunggu Steve yang masih berada di kamar mandi dan tak lama kemudian dia segera muncul dengan pakaian yang sudah rapi juga segera kamu berdua menuju cafe yang ada dihotel tersebut untuk makan pagi, kemudian membereskan billing dari hotel tersebut dan segera meluncur ke arah Bedugul, sampai di Bedugul hari sudah siang, kami menggelilingi danau itu dengan menyewa kapal setelah puas dengan menyusuri danau itu maka Steve mengajukan keinginannya untuk mandi sauna di Bali Handara, dan akupun bersedia untuk mengantarkannya dan diapun mengajakku untuk bersama mandi sauna juga akan tetapi aku menolak karena bagiku lebih baik melihat-lihat pemandangan disekitar komplek itu yang kelihatan asri dan sejuk, sampai tak terasa sore itu mendung mulai datang berarak-arak dan langit yang tadinya cerah kini menjadi gelap dengan mendung menandakan tidak akan lama lagi akan turun hujan yang sangat deras sekali.

Bersamaan itu Steve sudah selesai dengan mandi saunanya dan mengajakku untuk cepat-cepat meninggalkan tempat itu sebelum hujan turun dan segera kupacu motorku menuju ke arah Denpasar, akan tetapi baru berjalan sekitar dua kilometer dari tempat yang baru kami kunjungi ternyata hujan turun dengan derasnya sehingga badan kami berdua basah kuyup dan Steve memutuskan untuk mencari tempat penginapan yang tidak jauh dari situ, maka segera kubelokkan ke arah jalan yang menurun menuju ketepi danau karena sebelumnya pada saat siang tadi aku melihat ada sebuah hotel ditepi danau itu yaitu hotel Bedugul.

Kami segera check in dalam keadaan basah kuyup dan tanpa berbasa-basi lagi dengan pihak hotel, kami segera mendapatkan kunci kamar dan kami segera bergegas memasuki kamar dan aku segera menuju kekamar mandi, dengan mengguyur badan dengan air hangat maka agak sedikit menolongku dari gemetarnya tubuhku karena kedinginan dan setelah selesai segera kuraih handuk untuk mengeringkan tubuhku dan aku bergegas kembali ke kamar untuk mengenakan baju kering, akan tetapi Steve melarangku untuk berpakaian dan dia menyarankan aku untuk memakai selimut saja untuk menghangatkan tubuhku, karena Steve tahu aku begitu kedinginan dan dia mempunyai maksud untuk menghangatkan tubuhku dengan tubuhnya, maka kuturuti kemauannya.

Aku segera nyungsep dibalik selimut yang tebal itu sambil menunggu Steve yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi, tidak lama kemudia Steve sudah keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat dan diapun segera nyungsep juga dibalik selimut yang tebal sambil memeluk tubuhku dengan sangat erat dan kemudian dia menindihku, sambil kupeluk erat pula tubuhnya dengan demikian kami bisa merasakan kehangatan antara satu dengan lainnya, walaupun tidak ada aktivitas sex yang kami lakukan saat itu, tapi sudah membawa kenikmatan tersendiri dengan kehangatan tubuh kami, sampai akhirnya kami tertidur dalam keadaan saling berpelukan pada sore hari itu, sampai sekitar pukul tujuh malam saat aku terbangun dan kudengar suara gemericik hujan diluar masih turun walaupun tidak sederas sore tadi dan masih kurasakan udara yang sangat dingin malam itu.

Aku menggeliatkan tubuhku yang masih telanjang bulat itu yang membuat Steve juga ikut terbangun dan segera kupegang penisnya yang masih tertidur itu, akan tetapi dia melarangnya, katanya lebih baik kita makan dulu direstoran, setelah itu baru kita bermain untuk mengusir rasa dingin, aku setuju dengan usul Steve, dengan tidak memakai CD aku segera menggenakan celana pendek yang gombor dengan belahan yang agak tinggi dipinggirnya yang membuatku tampak seksi kata Steve, kamipun berjalan menuju restoran dengan menyusuri lorong-lorong didalam hotel itu. Setelah sampai didalam restoran aku segera memesan makanan kesukaanku yaitu nasi goreng dan Steve memesan pancake, tidak banyak yang kami bicarakan saat kami makan, hanya pandangan-pandangan mata yang penuh dengan arti yang saling kami lemparkan satu sama lain.

Setelah kami menyelesaikan makan malam kami, segera kami menuju kembali kekamar dan tanpa dikomandoi lagi segera kulepas celana pendek gomborku dan langsung kelihatan mencuat penisku dan kemudian kulepaskan juga kaos oblongku dan segera nyungsep dibalik selimut tebal demikian juga yang dilakukan oleh Steve, lalu kami bergumul dibalik selimut itu sambil saling mencumbui satu sama sama lain, dan yang paling kusukai dari cumbuan Steve adalah dia selalu ingin memberikan kepuasan kepadaku dengan menciumi tubuhku mulai dari atas sampai keujung kaki dan dia merasa puas atau senang kalau melihat aku mengelinjang penuh dengan kegelian dan mendesis keenakan.

Setelah aku tak tahan maka segera kurebahkn tubuh Steve dan segera kuraih penisnya dan kuhisap sampai pangkalnya sambil tanganku beraksi disekujur tubuhnya sambil membuat rangsangan-rangsangan yang lebih hebat lagi, dan terus terang saja pada waktu Steve menghendaki untuk memasuki lubang analku dengan penisnya akan tetapi memang pada saat itu aku masih belum mengenal anal sex sehingga ketika dicoba aku merasakan kesakitan yang amat sangat, apalagi penis Steve lebih gede dibandingkan dengan penisku, akan tetapi aku bersyukur mengenal Steve yang penuh dengan pengertian, begitu dia melihat aku kesakitan dia tidak melanjutkan dengan penetrasinya, dia membiarkanku rileks beberapa saat sampai hilang rasa sakitnya kemudian dia mulai mencumbuiku lagi sambil saling melakukan oral sex sampai akhirnya sama-sama ngecrot dan merasakan kepuasan, saling berpelukan, sama-sama terkulai ditempat sampai akhirnya tertidurdiblaik selimut tebal dengan keadaan masih telanjang bulat dengan udara diluar yang terasa makin dingin saja.

Ketika fajar mulai menyingsing, kami segera mandi dengan air hangat yang ada di kamar mandi dan segera bergegas menuju restoran untuk makan pagi setelah semuanya selesai segera kupacu motorku dipagi yang cerah itu menuju ke arah Denpasar, sekitar pukul sebelas siang sampailah kami dikota Denpasar dan segera menuju ke arah Kuta untuk kembali ketempat penginapan Steve yang ada di Kuta, sebenarnya aku masih ingin berlama-lama lagi untuk bisa menemani Steve menggelilingi pulau Bali ini akan tetapi karena liburanku sudah mendekati akhir, dan yang rencananya aku hanya tinggal selama dua atau tiga hari saja di Bali, tapi yang jadi kenyataannya aku hampir satu minggu tinggal di Bali dan mau tidak mau sore nanti aku harus segera balik ke Surabaya lagi, walaupun dengan berat hati Steve melepaskan kepergianku untuk balik ke Surabaya dengan naik bus malam dan sore itu Steve mengantarkan aku sampai terminal Ubung dengan mengendari motornya. Pada saat diterminal Ubung dan sambil menunggu keberangkatan bus, Steve menanyakan alamat kostku yang ada di Surabaya, dan aku hanya mengira sebagai basa-basi saja, segera kuberikan alamatku dan juga alamat kost Budi yang hanya berbeda gang saja. Aku pikir nggak apalah, agar Steve tidak kecewa. Sekitar pukul tujuh malam bus yang membawaku akan berangkat segera kuhampiri Steve dan kusalami tangannya sambil kubisikan

"Thank you for all of you"

Aku tidak berani memeluk atau menciumnya karena keadaan diterminal itu sangat ramai dengan orang, segera kunaiki bus dan hanya kulambaikan tanganku dari dalam bus sambil cium jauh dari jendela kaca bus itu, bus mulai berangkat dengan berderak dan masih sempat kulirik Steve melambaikan tangannya ke arahku dengan pandangan kosong, seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya, aku berusaha untuk tersenyum dan membalas lambaiannya. Aku selama dalam perjalanan dengan bus malam menuju Surabaya, kubayangkan dan kureview kembali apa yang telah terjadi pada diriku selama satu minggu terakhir ini ditahun yang baru juga, sampai tak terasa aku terlelap tidur didalam bus malam itu sampai ketika pagi hari aku terbangun, aku sudah berada di jalan tol Gempol-Surabaya, aku segera berkemas dan merapikan barang bawaanku agar lebih ringkas lagi karena aku harus oper dengan angkutan kota menuju ketempat kostku.

Pada saat aku sudah sampai ditempat kostku dan menaruh barang bawaanku, aku segera berlari ketempat kost Budi yang tidak seberapa jauh dari tempat kostku dan aku menceritakan apa yang telah terjadi selama dia sudah pulang dan aku juga menceritakan tentang pangalamanku bersama dengan Steve jalan-jalan mengelilingi pulau Bali, akan tetapi satu yang tidak kuceritakan pada Budi yaitu pengalamanku bergumul dengan Steve berkali-kali. Akan tetapi rupanya Steve juga memperlakun Budi juga demikian tanpa sepengatauanku, ketika itu Budi cerita kalau pada suatu tengah malam ketika aku sedang tertidur lelap, Budi bangun dari tidurnya dan menuju kekamar mandi untuk buang air, rupanya pada saat itu Steve terbangun dengan suara berisik Budi, sehingga Steve menunggu sampai Budi selesai dengan hajatnya di kamar mandi, pada saat Budi akan merebahkan badannya kembali ketempat tidur, Steve menghampirinya dan mengelus-elus penis Budi yang setengah ngaceng itu sampai akhirnya ngaceng penuh dan Steve melepaskan kancing celananya dan kemudian mengocok penis Budi yang sudah ngaceng penuh itu.

Lalu aku bertanya pada Budi seolah-olah aku orang yang nggak ngerti apa-apa.

"Terus kamu diem aja yaa?"
"Ya, diem aja, abis enak sih dan disamping itu Steve menyuruhku diam agar aku nggak berisik supaya kamu jangan bangun," jelas Budi padaku.
"Oh gitu yaa," lanjutku.
"Iya, terus kamu diapakan aja sama si Steve," tanya Budi.
"Nggak diapa-apain tuh"
"Masak sih," tanya Budi penasaran.
"Iya, tuh, benar koq," jawabku meyakinkan Budi.

Tak berapa lama kemudian aku pulang ketempat kostku, dan aku beristirahat untuk menghilangkan rasa pegal-pegal diseluruh tubuhku karena perjalanan jauh dengan tidur sepuas-puasnya. Pada suatu pagi kira-kira jam enam pagi, aku dibangunkan oleh seseorang dan ketika kubuka mataku ternyata yang menguncang-nguncang tubuhku adalah Budi yang datang dengan agak tergesa-gesa katanya.

"Eh, kamu dicari sama Steve, sekarang dia ada ditempat kostku," kata Budi.
"Apa?, yang benar aja, masak si Steve bisa sampai ketempat kost kita didaerah yang terpencil ini?" tanyaku.
"Yaa, benar!! Aku juga heran koq dia bisa sampai ketempat kita yang jauh dari kota ini hanya berbekal dari alamat yang kamu tulis dibuku catatannya itu," jelas Budi.
"Huuh, nekad benar yaa tuh bule satu ini," balasku.
"Oke, kamu pulang dulu nemani si Steve, aku mau mandi dulu"

Aku segera bergegas kekamar mandi untuk mandi pagi dan setelah aku berpakaian rapi segera kususul Budi ditempat kostnya dan kulihat si Steve sedang duduk diteras tempat kost Budi sambil bercakap-cakap dengan Budi. Segera aku menghampiri Steve dengan sedikit basa-basi dengan menanyakan kapan dia datang, lalu katanya baru saja dia tiba dari Denpasar dengan bus malam kemudian dia menuju ketempat penginapannya disekitar jalan Pemuda Surabaya, kemudian dia tanya ke tourist information yang tidak jauh dari tempatnya menginap untuk mengetahui alamat kami dan dengan kendaraan apa dia bisa mencapainya.

Itulah sedikit ceritanya, dan aku menanyakan padanya apa yang akan jadi acaranya selama ada di Surabaya ini, akhirnya dia mengutarakan keinginannya yang pertama dia ingin jalan-jalan dikota Surabaya saja dan kami bertiga akhirnya keliling kota Surabaya seharian penuh, dan malamnya kami makan malam bersama setelah itu kami nonton film disebuah gedung bioskop dikawasan jalan Pemuda juga, sampai film selesai akhirnya aku mohon diri untuk pulang ketempat kostku bersama dengan Budi dan Steve kembali ketempat penginapannya dan kami berjanji akan mengunjungi Steve kembali dan siap menjadi guidenya selama Steve berapa di Jawa Timur ini.

Keesokkan harinya sekitar pukul delapan pagi kami berdua sudah berada di depan tempat penginapan Steve dan tak berapa lama kemudian Steve juga sudah siap-siap menunggu kedatangan kami dan dia mengutarakan kalu pengin jalan-jalan ke Malang, maka kami bertigapun naik kereta api menuju ke Malang dari Stasiun Gubeng yang memang tidak jauh dari tempat penginapan Steve. Selama dalam perjalanan dengan kereta api kami senantiasa bersenda gurau sampai akhirnya tiba dikota Malang, lalu kami keliling kota Malang sampai sore dan akhirnya sampailah dikota batu dan kami menginap sehari dikota Batu dan keesokkan harinya kami melanjutkan perjalanan kami ke kota Blitar untuk mengunjungi makam Bung Karno dan sorenya menginap dikota Blitar selama sehari.

Demikianlah kenangan manisku bersama dengan Steve.
»»  READMORE...

my teacher

Pernahkah kalian jatuh cinta pada guru kalian sendiri? Pasti pernah! Ayo, ngaku saja, tak perlu malu-malu:) Saya sendiri pernah. Cerita ini terjadi ketika pada tahun terakhir SMU-ku. Pada waktu itu, ada seorang kepala sekolah baru yang merangkap sebagai guru. Dan kebetulan sekali, kelasku merupakan salah-satu dari sedikit kelas yang dipegangnya. Namanya Joko, tanpa embel-embel nama belakang. Dia memang orang Jawa asli dan logat Jawa-nya kental sekali. Pasti kalian membayangkan seorang pria jelek berkumis. Salah besar!:) Pak Joko itu tampan sekali, sama sekali tak terlihat kampungan/udik. Dan tubuhnya pun kekar bak model sampul Men's Health. Umurnya masih terbilang muda, sekitar tigapuluhan. Dia memang tidak memelihara kumis, tapi di sekitar dagunya terdapat brewok tipis. Brewok tipis itu membuatnya terlihat seksi sekali! Menurut kabar burung (burungnya siapa hayo?), Pak Joko itu masih single, alias belum married.

Tiap kali dia mengajar di kelasku, saya tak pernah capek memandangnya. Aura keseksiannya begitu menggoda. Yang kusuka darinya adalah kebiasaannya yang tak pernah memakai kaus dalam atau singlet. Kemeja yang sering dipakainya pun berbahan tipis sehingga saya dapat hampir melihat tubuhnya. Sering kali, kedua putingnya yang menegang tercetak jelas di balik kemejanya itu. Tanpa malu, kedua puting itu menunjukkan diri mereka. Lekuk-lekuk dadanya yang berotot pun ikut tercetak. Beruntung bagiku karena saya duduk di meja terdepan:) Saya merasa telah jatuh cinta pada Pak Joko. Saya ingin sekali memadu kasih denganya, biarpun hanya sekali saja.

Lalu sebuah ide gila menyusup masuk ke dalam otakku yang mesum. Saya mengambil secarik kertas dan mulai menulis sebuah surat cinta tanpa nama. Kupikir, itulah satu-satunya cara agar si ganteng Pak Joko menyadari bahwa dia mempunyai seorang penggemar rahasia. Suratku berbunyi:

Untuk guruku tercinta, Pak Joko.

Saya adalah salah satu muridmu yang jatuh cinta padamu. Tapi saya laki-laki. Biarpun begitu, saya naksir Bapak. Tubuh Bapak begitu menggodaku, sampai-sampai saya tak bisa konsentrasi belajar, terutama dada dan puting Bapak. Saya ingin meraba-rabanya, meremas-remasnya, menjilatinya. Saya ingin menyenangkan Bapak. Saya bahkan bersedia memberikan pantatku yang masih eprjaka demi kepuasan seksual Bapak. Saya akan membawa Bapak ke langit ketujuh, asalkan Bapak sudi mencintaiku. Hanya Bapak yang dapat kupikirkan siang-malam. Saya ingin bersamamu, Pak, meksipun hanya semalam saja.

Ciuman mesra, Penggemar rahasiamu.

Tak sulit untuk menyelipkan surat itu ke dalam tumpukan bukunya sebab saya sering ditugasinya untuk membantunya membawakan buku-bukunya ke kantornya. Sambil berpura-pura membereskan, tanganku menyelipkan surat itu. Saya tak tahu apakah dia akan menemukan surat itu atau tidak. Tapi paling tidak, saya telah berusaha.

Selama berhari-hari, tak ada yang terjadi. Sikap Pak Joko pun biasa-biasa. Sampai pada suatu hari, tiba-tiba dia memanggilku untuk menghadapnya. Saya sungguh tak tahu dalam rangka apa dia ingin bertemu denganku. Begitu melihatku masuk, Pak Joko-ku yang tampan itu mempersilahkanku untuk duduk. Ruangan itu memang terletak berdekatan dengan ruang guru, tapi berhubung saya dipanggil di tengah jam pelajaran. Ruangan guru itu kosong sama sekali. Jadi saya dapat sedikit bersantai, tanpa harus khawatir ada guru-guru ynag hobi menguping.

"Endy, bisa kamu jelaskan ini?" tanyanya dengan suaranya yang berwibawa.

Dia menyodorkan secarik kertas yang nampak sangat familiar. Penasaran, saya memngambilnya dan.. Astaga! Itu surat cintaku unntuk Pak Joko!

"Surat itu kamu yang menulisnya 'kan?" tanyanya.
"Bapak mengenal betul tulisan tanganmu. Jadi kamu tak perlu berbohong."

Sekujur tubuhku gemetaran. 'Astaga, apa yang telah kuperbuat? Kenapa harus memakai tulisan tanganku? Kenapa tak pakai mesin tik saja?' pikirku, keringat dingin menuruni wajahku. Tapi saya tahu bahwa tak ada gunanya untuk berbohong. Maka, dengan wajah tertunduk, saya mengakui semuanya.

"Benar, pak. Surat itu saya yang menulisnya. Saya.. Saya jatuh cinta padamu.. Saya tahu saya salah. Jadi saya hanya dapat pasrah. Saya siapjika Bapak ingin mengelaurkanku daris ekolah ini," kataku lemas.

Pak Joko bangkit dan memutari tempat dudukku. Kurasakan kedua tangannya yang kokoh itu mendarat di atas kedua bahuku.

"Siapa yang bilang kalau Bapak akan mengeluarkanmu? Bapak harus akui, Bapak suka sekali dengan suratmu itu. Meski singkat, suratmu begitu erotis. Bapak sampai ngaceng membacanya."

Tentu saja saya terkejut mendengarnya. Kubalikkan badanku dan kulihat Pak Joko sedang tersenyum ramah padaku. Kedua tangannya mulai menjalar turun dari bahuku menuju dadaku. Saya tak melawan ataupun menahannya. Saya ingin hal itu terjadi! Sentuhannya begitu menggoda, saya mendesah-desah saat kedua tangannya sibuk meraba-raba dadaku.

".. Hhohh.. Ooohh.. Pak.. Enak sekali Pak.. Aahh.." Terlena, saya memeluk tangannya dan mulai menciumnya.

Tiba-tiba Pak Joko menyuruhku berdiri. Begitu saya berdiri, Pak Joko segera melucuti seragamku. Tak ada yang tersisa di tubuhku; semua pakaianku lepas. Semenit kemudian, saya telah berdiri di hadapannya telanjang bulat. Pak Joko pun, dengan bernafsu, menelanjangi dirinya sendiri. Dan untuk pertama kalinya, saya dapat melihat tubuhnya tanpa halangan. Benar-benar seperti yang kubayangkan dalam fantasi mesumku. Tubuh Pak Joko sangat sempurna! Tubuhnya sangat proposional dan ototnya pun cukup (tak terlalu bengkak seperti Hulk). Dadanya bidang sekali, ditumbuhi bulu-bulu halus. Darahku berdesir melhat bulu dadanya. Ooohh.. Jantan sekali. Di antara dadanya yang berbulu itu, sepasang puting kecoklat-coklatan menyembul keluar. Bulu-bulu itu tumbuh hampir di sekujur tubuhnya, menuruni perutnya yang kotak-kotak dan berakhir di semak-semak sekitar tempat kontolnya berada. Kontol Pak Joko lumayan besar, menggantung di sana, masih tertidur.

Bagai terhipnotis, saya menjatuhkan diriku di bawah kakinya dan langsung mengulum kontolnya. Saya melakukannya dengan spontan, tahu bahwa Pak Joko juga mengharapkannya. Untuk beberapa saat, saya merasa seperti pelacur pria rendahan, haus akan kontol, tapi saya tak dapat mengingkarinya. Saya memang membutuhkan dan memuja kontol. Kontol adalah lambang kekuatan sejati pria, dan juga organ yang paling seksi. Pak Joko hanya dapat mendesah-desah keenakkan, tubuhnya menggeliat-geliat, menahan rasa nikmat yang dirasakan kontolnya. Sambil menyodokkan kontolnya ke dalam mulutku, Pak Joko memegangi kepalaku. Rambutku diremas-remas, menunjukkan padaku betapa dia sangat menikmati sedotanku. Bosan dengan rambutku, kedua tangannya menjalari punggungku dan mencakarinya. Tentu saja kuku-kukunya pendek semua. Lelaki macho sejati tidak memanjangkan kukunya seperti perempuan. Cakaran Pak Joko terasa tumpul, namun sanggup memompa semangatku agar saya menghisap kontolnya lebih keras.

".. Hhhoohh.. Ooohh.. Jilat kontol Bapak.. Aaahh.. Buat Bapak ngecret.. Hhhoohh.." erang Pak Joko.

Dan saya pun semakin bersemangat menyedot seluruh isi kontol Pak Joko yang amat kucintai itu. Sesekali kuremas-remas biji pelernya berharap pejuhnya akan lebih mudah muncrat keluar. Saya sudah sering meminum pejuhku sendiri. Biasanya saya mengocok kontolku dan ngecret di telapak tanganku, lalu pejuhku kujilati habis. Saya tidak pernah meminum pejuh orang lain. Pejuh Pak Joko akan menajdi pejuh pertama dari orang lain yang kucicipi.

".. Hhhoohh.. Uuuhh.. Aaahh.. Hhoosshh.."

Tiba-tiba kontol Pak Joko membesar di dalam mulutku. Nampaknya kepala kontolnya menggembung, bersiap-siap untuk menembakkan pejuh. Pak Joko mendorong kontolnya ke dalam mulutku keras-keras dan kontol itu pun meledak.
CCRROOTT!! CCROOT!! CCRROOT!!
Tubuh Pak Joko yang telanjang itu menggeliat-gelait dan mengejang-ngejang. Setiap kali tubuhnya mengejang, dia akan mengerang,

"UUGGH!! AAHH!! UUHH!!"

Napasnya memburu-buru, otot perutnya ebrkontraksi, dan keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya.

"AAHH.. UUHH.. HHOOHH.." desahnya saat tetes terakhir pejuhnya meluncur turun ke kerongkonganku. CCROOTT!!
Dengan rakus, kutelan semuanya. Aaahh.. Enaknya. Manis dan agak asin. Saya amat menyukai rasa pejuhnya.

Tubuh Pak Joko yang berotot itu pun lemas seketika. Dengan lembut, dia memeluk tubuhku dan membimbingku untuk berbaring di atas meja kerjanya. Sebelumnya, dengan tangannya yang kekar, dia menjatuhkan seluruh barang yang berada di mejanya. Kini mejanya bersih dan dapat kutiduri. Saya sadr apa yang dinginkan Pak Joko, dan saya akan memberikannya dengan senang hati! Apapun untuknya, asalkan dia senang.

"Hhoohh.. Bapak cinta kamu. Bapak ingin mmemasukan kontol Bapak ke dalam tubuhmu. Kamu mau 'kan?" Tentu saja saya menyetujuinya.

Dengan sensual, Pak Joko merentangkan kakiku selebar-lebarnya. Lubang pantatku yang ketat berkedut-kedut di hadapannya. Selama beberapa saat, Pak Joko hanya memain-mainkan ontolnya di pintu gerbang anusku. Saya mengerang-ngerang penuh nafsu, emohonnya untuyk segera menusukku. Tapi Pak Joko tak menghiraukanku. Dia menunggu sampai lubangku cukup licin dengan precumnya. Dan kemudian, setelah puas melumasi lubang pelepasanku, Pak Joko kemudian menancapkan kontolnya, jauh ke dalam tubuhku.

"AARRGGHH!!" erangku, kesakitan.

Untung saja ruangannya kedap suara sehingga takkan ada yang dapat mendengar erangan mesum kami.

".. Hhohh.. Hhhohh.. Sakit sekali.. Hhohh.. Pak.. Hhohh.." keluhku.
"Sabar ya. Biarkan Bapak ngentotin kamu. Bapak janji, kamu akan merasa puas, oke?" Pak Joko berusaha meyakinkanku.

Bagaimana saya dapat menolaknya? Pak Joko pun mulai menggenjot pantatku. AARRGGHH!! Perih sekali. Lubangku terasa penuh sekali dan bibir anusku serasa sobek. Kemudian Pak Joko menusukkan kontolnya masuk. AARGGH!! Sakit tapi nikmat. Cintaku yang begitu besar pada Pak Joko mmbuatku bertahan dalam kesakitan itu. Saya lega Pak Joko senang dengan tubuhku. Saya ingin dia memakai tubuhku terus-menerus dan membuang pejuhnya dalam tubuhku karena saya diciptakan hanya untuk melayaninya.

"Hhhooh.. Hhhoohh.. Ketat.. Hhhoosshh.. Sempit.. Aaahh.. Bapak suka pantatmu.. Hhhohh.." komentar Pak Joko di sela-sela napsnya.

Sambil mengentotku, Pak Joko membungkukkan tubuhnya dan mulai menciumiku dengan penuh nafsu. Tubuh kami menyatu dalam ciuman itu, dan juga dalam persetubuhan kami. Kami disatukan oleh cinta dan nafsu birahi kami.

"Hhhooh.. Bapak suka kamu.. Ooohh.. Hhhoohh.. FUCK! Bapak akan ngentotin kamu.. Ooohh.. Sampai kita puas.. Hhhohh.. Aaahh.."

Kini rasa nikmat mulai menghampiriku. Ternyata cerita-cerita homoseksual yang kubaca di berbagai situ-situs porno benar apa adanya, bahwa dingentotin kontol itu enak. Buktinya badanku mulai menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Nikmat sekali ukuran kontol Pak Joko, apalagi dia mengentotinku dengan penuh nafsu dan cinta.

"Hhhoohh.. Pak Joko.. Hhhohhshh.. Terus Pak.. Hhohh.. Negntotin saay.. Aaahh.. Ayo Pak.. Lebih keras.. Hhhoohh.. Bapak.. Uuuhh.." erangku, tubuhku terguncang-guncang. Bahkan meja yang kami pakai untuk ngentot ikutan berderak-derak. Saya agak khawatir jika meja itu akan rubuh. Tapi Pak Joko tak menghiraukannya. Dia tetap asyik menghajar pantatku dengan kontol supernya.

"AARRGGHH!!" erangku.

Seks kami menjadi semakin panas dan bergairah. Pak Joko memutuskan untuk memakai tubuhku sebagai latihan bebannya. Dengan berpegangan pada pinggulku, dia mengangkatku. Takut jatuh, saya segera melingkarkan kedua lenganku pada lehernya yang kokoh Tak lupa, kedua kakiku kupakai untuk memeluk pinggangnya. Dengan susah payah, Pak Joko membawa tubuhku ke tembok di depannya. Kontolnya masih tetap tertancap dlam pantatku, masih tetap menyodomiku. Saya hanya dapat terengah-engah saja. Rasa sakit dan nikmat yang diberikan kontolnya menjadi berlipat ganda. Sesampainya kami di tembok itu, Pak Joko mendorong tubuhku ke tembok dan mulai mengentotinku dengan liar.

"Hoohh.. Hhhoohh.. Bapak akan ngentotin kamu.. Hhhoohh.. Sampai kamu ngecret.. Aaahh.. Kontol Bapak butuh pelepasan.. Aaahh.. Hhhoohh.." Pak Joko sungguh-sungguh jantan!

Karena tak kuasa menahan rasa nikmat yang mendera tubuh dan kontolnya, Pak Joko menggigit leherku. Terpengaruh, saya pun balas menggigitnya. Kami saling menggigit dan meneteskan air liur ke tubuh kami. Seks kami sangat liar dan bergairah! Kami seperti sepasang hewan buas yang sedang ngeseks sejenis!

Tiba-tiba kontol Pak Joko mulai mengembang dan berkedut-kedut. Kemudian..

CCRROOTT!! CCRROTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
Dengan tak terkendali, kontol sang guru itu pun menembakkan kontolnya secara bertubi-tubi. Bagian dalam tubuhku disemprotnya dnegan pejuh bergalon-galon. Dan pejuh itu bukan sembarang pejuh. Tetapi PEJUH Pak Joko!

"AARRGGHH..!!" erangnya, tubuhnya kelojotan.
"AARRGGH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH!! HHOOHH!!" dengan susah payah, dia berusaha menjaga agar tubuhku tak terlepas dan jatuh.

Selama seks itu, kontol ngacengku yang terus-menerus mengeluarkan precum terperangkap antara perut kami berdua. Perut Pak Joko yang terasa seperti papan cuci menggosok-gosok kontolku dengan kasar, tiap kali dia bergerak untuk mengetotinku. Alhasil, kontolku mendapat servis coli yang paling top darinya. Ketika tubuh Pak Joko mengejang-ngejang karena orgasme, kontolku terpengaruh dan mulai menyemburkan sperma.

"AARRGGHH!!" teriakku.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhku menyembur membanjiri perutku dan mneggenangi pusarku. Karena tubuh kami berdua terguncang orgasm, genangan pejuhku jatuh menetes ke atas lantai. Kaki telanjang Pak Joko tanpa sengaja menginjak-nginjak genangan itu sehingga membuat lantai kantornya menjadi semakin kotor.

"UUGGHH!! AARRGGHH!! OOHH!! AAHH!! HHOOSSHH!! UUHH!!" erangku sampai orgasme meninggalkan diriku. Kami saling berciuman mesra ketika semuanya usai.

Dengan hati-hati, Pak Joko menurunkan tubuhku. Tersengal-sengal kupandangi wajahnya. Meskipun mukanya terlihat capek, dia masih saja tampan. Kontolnya muali menciut dengan pejuh yang masih menggantung di kepala kontolnya. Ketika saya akan buru-buru masuk ke kelas, Pak Joko menahanku. Dia berkata,

"Bapak 'kan juga merangkap sebagai kepala sekolah di sini. Akan Bapak katakan pada wali kelasmu bahwa Bapak membutuhkan bantuanmu. Kita berdua akan menghabiskan waktu berduaan saja di rumah Bapak."

Saya tersenyum dan kembali kucium wajahnya yang tampan itu. Sambil mencium, saya mengambil kesempatan untuk meremas-remas dadanya yang sekeras batu itu.
»»  READMORE...

istri konglomerat

 Aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari itu sebelum aku pergi, Pak Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek komputerisasi, sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung menemaniku makan siang.

Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yang diperlukan. Memang perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Lia sibuk mencatat pembicaraan kita berdua.

Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Santi.

"Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi" suara merdu terdengar diseberang sana.
"Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya" jawabku.
"He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak" Santi menggoda.
"Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya" kataku sambil menutup pembicaraan.
"Dari klien" kataku.

Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah manajer keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.

Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lia bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..

Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Santi. Hari sudah menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan memencet bel rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum gembira melihat kedatanganku.

"Aih.. Pak Robert kok lama sih" katanya.
"Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak ada" candaku.
"Bisa aja Pak Robert.." jawab Santi sambil tertawa kecil.

Dia tampak cantik dengan baju "you can see" nya yang memperlihatkan lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya. Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara suaminya aku "asingkan" di negeri tetangga.

Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Santi menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak macet tadi. Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Santi yang cantik, dahagaku yang lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat Santi, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuhi dia.

Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.

"Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak"
"Apaan nih?" jawabku senang.
"Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget."

Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Susan, saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita, Susan menawarkan untuk berpesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.

"Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar punya Pak Robert" kata Santi sambil meraba-raba kemaluanku.
"Saya sih OK saja" jawabku riang.
"Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku" kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.

Aku dan Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Santipun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Susan menyambut kami dengan ramah.

"Ini perkenalkan suami saya"

Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan diri. Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun memperkenalkan diriku pada mereka.

Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas. Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di dinding. Bayangkan saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yang sangat wah itu.

Tetapi aku lebih kagum melihat Susan. Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir. Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada yang besar dan bentuk tubuh yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.

Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk mengikuti dia.

"Pak, habis ini pulang aja yuk" kata Santi berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan.
"Kenapa?" tanyaku.
"Habisnya Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi".

Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan Santi. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Harry yang cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali ke ruang makan.

Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat tampak Susan melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.

Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai mengerayangi tubuh Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak ogah-ogahan melayaninya.

"Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu"

Aku tersenyum mendengar alasan Santi ini. Sementara itu Susan minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV. Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat tubuh Susan sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.

Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Susan sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.

"Ampun non.. Sri nggak sengaja" si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Susan yang cantik itu.
"Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!" bentak Susan.
"Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu.."

Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Susan menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah. Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu.

"Dasar bedinde.. Verveillen!!" Susan masih terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Susan berdiri di depan pembantunya yang kecil dan hitam.
"Ampun non.. Nggak akan lagi non.."
"Oh Pak Robert.." kata Susan ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku.
"Sedang sibuk ya?" godaku.
"Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu" jawabnya sambil tersenyum manis.
"Yuk kita kembali" lanjutnya.

Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi masih menonton adegan di layar sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan "french kiss" dan Susanpun menyambut penuh gairah.

Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yang membusung padat. Susanpun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yang masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.

"Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it.." katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.

Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya. Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.

Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu.

Sambil menikmati permainan oral Susan, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry dengan cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai orgasmenya. Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.

Sementara itu Susan masih dengan bernafsu menikmati kemaluanku yang besar. Memang kalau kubandingkan dengan kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.

Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Susan masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya. Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yang lainnya di bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang sudah loyo.

Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara Susan masih mengulum dan menjilati kemaluanku.

Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Susan kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan puting yang kecil berwarna merah muda. Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Santi. Susan kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan bergairah.

"Ayo isap susu ik " pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Susanpun mengerang kenikmatan.

Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik itu.

"Eh.. Eh.. Eh.." dengus Susan setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yang mulus.

Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Susan. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Santi memasukkan kembali kemaluanku ke dalam liang surga Susan.

Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Susan untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia "doggy-style" sampai kalung berlian dan buah dadanya yang besar bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.

"Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That's right.. Aha.. Aha.." begitu erangan Susan menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu.

Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa yang lain di ruangan itu. Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa menikmati "istriku".

Sementara itu, aku masih menggenjot Susan secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Santi dengan gaya missionary. Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yang kedua kalinya.

Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Susan dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yang sempit itu.

"Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock.." Susan terus meracau kenikmatan.

Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Susan dengan tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan kananku.

Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Susan. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.

"Thanks Robert.. I really enjoyed it" katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya.
"No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much" balasku.

Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam waktu dekat.

Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dengan pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.

"We're in this love together.."
"Kenapa sih sayang?" tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya.
"Pokoknya Santi nggak mau lagi deh" katanya.
"Habis Santi nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu mainnya cepet banget. Santi nanggung nih."

Akupun tertawa geli mendengarnya.

"Kok ketawa sih Pak Robert.. Ayo.. Tolongin Santi dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi horny banget lihat bapak sama Susan make love" rengeknya.
"Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang".
"Ah.. Pak Robert jahat.." kata Santi merengut manja.
"Besok khan masih ada sayang" hiburku.
"Tapi janji besok datang ya.." rengeknya lagi saat keluar dari mobilku.
"OK so pasti deh.. Bye"

Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi setelah dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali, karena Pak Arief toh masih beberapa hari lagi di luar negeri.

Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus tayangan HBO di TV nanti.
»»  READMORE...